Wednesday, March 14, 2012

Jurus Hajar Bleh untuk Merampungkan Draft Pertama

Para penulis dunia banyak yang menyarankan bahwa saat menulis, tulislah secepat jarimu membuat goresan huruf di kertas, secepat jarimu bisa menuangkan apa yg menggerakkannya melalui ketukan jarimu di keyboard. Jangan banyak berpikir, tulislah secepat air mengalir. Jangan pedulikan apa yg menghambat idemu tertuang di layar komputermu. Tulis sampai engkau merasa perlu istirahat. Dan menulis lagi saat kau sudah cukup istirahat. Kalau semua sudh selesai menjadi sebuah tulisan LENGKAP, bukan sepotong atau setengah atau empat perlima bagian, berhentilah sejenak.

Saat sudah mengendapkan tulisanmu, bacalah keras-keras, bacalah bersama teman-temanmu, mintalah teman-temanmu membacanya dan PASTI tulisanmu masih nampak aneh dan buruk. Itulah makanya sebuah tulisan lengkapmu baru disebut sebagai naskah awal.

Tahap berikutnya, berilah beberapa tanda untuk bagian tulisan yg harus diganti, mana yg harus dipoles agar kedengaran lebih manis, mana dialog yg kaku, mana ungkapan yg enggak nyambung, kalimat mana yang kurang penting dan perlu dihapus, .. itulah saatnya penulis masuk dalam TAHAP EDITING!

Dalam tips yang dulu pernah saya sampaikan, hindarilah menulis sambil mengedit. Itu dua tahap yg harus dilakukan pada saat terpisah. Saya pernah mengalami bagaimana frustasinya nggak bisa menyelesaikan sebuah DRAFT ya karena kecenderungan menulis sambil mengedit ini. Sampai kapanpun tulisan akan terhambat menuju garis "finish" bila saat menuangkan gagasan terus menerus di'interupsi' dengan ketidak pedean ttg apa yg baru saja diketik. Maka yg ada hanya mengetik, membaca, menghapus, mengganti, menambah, menghapus lagi, mengganti lagi. Dengan cara menulis seperti ini, saya baru akan menyelesaikan satu paragraf yg memuaskan setelah berada di depan komputer selama 5 (lima) jam! :D

Apa yang membuat Anda ingin menulis buku?

Pertanyaan itu bisa melahirkan banyak jawaban yang berbeda dan sekaligus memiliki kemiripan bagi siapapun yang ingin menjadi penulis buku. Ada yang dengan jujur mengatakan bahwa motivasi untuk menulis buku adalah karena ingin terkenal, dan dengan menjadi terkenal tentu diharapkan akan menghasilkan banyak uang. Ada lagi yang dengan malu-malu mengakui bahwa yang bersangkutan berpikir kalau menjadi penulis buku itu sepertinya asyik dan keren. Mungkin sebagian mengatakan bahwa menulis buku bisa menyalurkan bakat terpendam dan memenuhi kebutuhan batin dan intelektualitasnya. Nah ini juga belum begitu jelas indikasi yang terlihat nyata, kecuali seseorang benar-benar pernah menyelesaikan bukunya, apalagi kalau sudah diterbitkan. Kalau dilanjutkan lagi uraian ini, saya akan menjadi orang pertama yang kena sindiran ini.

Ironisnya dan faktanya, banyak orang ingin menulis buku dan berhenti sampai tahap berpikir akan menulis buku. Banyak alasan yang bisa diungkapkan mengapa hal ini terjadi. Ada yang mengeluh bahwa dirinya ingin menulis sesuatu tapi tidak punya ide, tidak tahu cara menulis, tidak ada waktu, kurang pengalaman dalam bidang tertentu yang ingin ditulisnya, kurang referensi, kurang percaya diri, kebanyakan ide sehingga bingung yang mana yang akan jadi bahan tulisannya, dan seabreg alasan lainnya.

Berikut ini beberapa kemungkinan manfaat yang Anda dapatkan bila sudah menulis buku Anda. Hal ini bisa menjadi motivasi atau pendorong semangat Anda untuk tetap melakukan usaha menulis, sampai sebuah cetak biru diselesaikan: Manfaat dari segi komunikasi, mendapatkan kemashyuran, mendapatkan banyak keberuntungan, peningkatan kredibilitas diri dan keahlian di bidang tertentu, dlsb.

Lantas bagaimana tulisan ini berguna buat kita? Tentu kalau ada hal yang membuat Anda tergerak untuk langsung mulai menulis halaman pertama dari buku Anda, dan kemudian menulis lagi dan lagi, sampai halaman itu cukup memenuhi syarat minimum jumlah halaman sebuah buku. Baru sesudah itu, Anda memasuki proses berikutnya, menyunting tulisan Anda sendiri. Hal itu bisa dilakukan dengan membaca ulang, memangkas yang tidak perlu, menambahkan paragraph baru yang sebelumnya belum terpikirkan, mengubah frase atau kalimat yang kurang pas, dan mengadakan survei pribadi untuk mendapatkan masukan dari teman sekitar, dan khususnya juga para penulis yang lebih berpengalaman.

Untuk sementara, saya sudahi sekian dulu. Intinya, kalau kita sedang merasa malas (latihan) menulis, kita uji dan teliti ke dalam diri sendiri sebenarnya kita memang pengin bisa menulis dan menerbitkan karya kita enggak sih? Saya juga sedang merenungi hal ini, menantang diri sendiri agar kembali kepada komitmen semula: menulis untuk berkarya dan berbagi dengan pembaca tentang apa yang bermanfaat dan memperkaya makna kehidupan. Kurang spesifik lagi alasan Anda ingin menulis? Saatnya menuliskan pendapat Anda masing-masing dalam hal ini. (Bersambung)

Ten Rules of Writing

Sepuluh aturan dasar menulis fiksi versi www.guardian.co.uk yang terinspirasi dari prinsip 10 aturan menulis oleh Elmore Leonard “Ten Rules of Writing”. http:// www.guardian.co.uk adalah website koran terbesar pertama di Inggris.

Berikut ini ringkasan yang saya coba tampilkan dalam bahasa Indonesia. Tentu saja untuk lebih jelasnya, teman sekalian perlu membaca langsung teks aslinya, dan bahkan meriset lebih lanjut rujukan yang disebutkan di artikel ini.

Sepuluh Aturan Menulis:
1. Jangan menulis tentang cuaca pada awal tulisan Anda.
2. Hindarilah prolog (kata pengantar).
3. Sebaiknya hindarilah penggunaan kata-kata selain “said” untuk menyatakan sebuah percakapan.
4. Jangan menggunakan kata keterangan (adverb) untuk menjelaskan kata kerja “said”.
5. Jagalah penggunaan kata seru atau kalimat seruan. Dalam setiap 100.000 kata tulisan prosa, Anda sebaiknya hanya menggunakan maksimal dua atau tiga ungkapan kata seru.
6. Jagalah kecenderungan untuk menggunakan kata “tiba-tiba” (suddenly) atau "all hell broke loose". (*The expression is mostly used in informal contexts in American English. ‘Hell’ is usually associated with chaos; therefore, when you say, ‘all hell broke loose’, what you mean is that the situation went completely out of control. There was pandemonium; people started shouting and screaming at each other, and at times resorted to violence.)
7. Hematlah pemakaian dialek atau jargon.
8. Hindarilah deskripsi yang terlalu detil tentang tokoh dalam buku Anda. (rujukan: karya penulis besar Amerika John Steinback)
9. Kecuali jika Anda sepiawai Margaret Atwood, jangan coba-coba membuat penggambaran yang sangat detil tentang tempat dan hal lainnya dalam tulisan Anda.
10. Usahakan untuk tidak menulis hal-hal yang nampaknya cenderung dilewati oleh pembaca Anda. Jika Anda sebagai pembaca sebuah novel, bayangkan hal-hal apa yang kira-kira tidak Anda sukai, apa yang mungkin akan Anda abaikan saat membaca buku tersebut.

ZADIE SMITH: 10 Kebiasaan Baik dalam Menulis

 Saat masih kanak-kanak, pastikan bahwa kamu membaca banyak buku. Gunakan waktumu sebanyak mungkin untuk membaca buku, lebih dari yang kamu gunakan untuk kegiatan lainnya.


 Ketika sudah dewasa, usahakan untuk membaca karyamu sendiri dalam kapasitas sebagai pembaca (orang lain), bila perlu, posisikan dirimu sebagai musuh Sang Penulis karya tersebut.


 Jangan meromantisir kecakapanmu menulis. Kamu bisa membuat kalimat-kalimat yang baik atau sebaliknya, tidak sama sekali. Sebenarnya tidak ada istilah “gaya seorang penulis” itu. Yang penting adalah apa yang kamu tuliskan.

 Hindari kekurangan atau kelemahanmu. Namun lakukan hal ini tanpa perlu mengatakan pada dirimu bahwa hal-hal yang tidak bisa kamu lakukan itu tidak berguna. Jangan menutupi keraguan dirimu di balik topeng penghinaan (terhadap hal yang tidak bisa kaulakukan).


 Berikan jarak waktu yang memadai antara saat menulis dan melakukan penyuntingan.


 Hindari banyak orang selagi (harus) menulis. Keberadaan banyak orang di sekitarmu tidak akan membuatmu menulis lebih baik.


 Bekerjalah dengan sebuah komputer (laptop) dalam keadaan tanpa terhubung dengan internet.


 Benar-benar sisihkan waktu dan tempat yang kamu butuhkan untuk menulis. Jauhkan diri dari orang-orang di sekitarmu, bahkan seseorang yang terpenting bagimu.


 Jangan campur-adukkan penghargaan atau kekaguman orang-orang dengan pencapaianmu (dalam menulis).

 Katakan kebenaran tentang hal-hal yang anda ketahui. Bebaskan dirimu dari kesedihan sepanjang hidup yang bersumber pada rasa tidak puas.


Catatan:
 Pada usia tiga puluhan, Zadie Smith menghebohkan dunia sastra dengan novelnya berjudul “White teeth”, sebuah novel yang menggambarkan kehidupan kontemporer London yang multikultural. Dia juga menjadi pencerah bagi dunia kritikus sastra. Dia dianggap sebagai salah satu dari penulis yang menyuarakan ide paling segar dan berambisi di jamannya.


(Ini terjemahan bebas sebuah artikel yang saya dapatkan dari The Guardian – Ingrris)

Penderitaan dan kehidupan

Mengakrabi penderitaan, kesengsaraan, rasa sakit, kesedihan, kekecewaan, tidak sama dengan memuaskan keinginan untuk mengeluh, meraung-raung, atau menjual iba. Sebaliknya, ini cara menghadapi keadaan tidak nyaman, kurang menyenangkan dengan lebih mawas diri dan menghayati hal yang bisa membuat ybs. lebih bijaksana dan berhikmat.


Penderitaan kecil bisa membuat seseorang seakan meregang nyawa agar di dengar dunia. Sebaliknya mungkin banyak juga kita mendengar orang yang tetap bisa memikirkan orang lain, memilih diam dan menguatkan diri meskipun ia mengalami penderitaan hebat, bahkan yang tak terbayangkan oleh siapapun.


Dalam hal penderitaan seseorang, orang lain bahkan terkadang segan untuk mengetahuinya agar tidak harus terlibat dalam urusan yang kurang menarik bagi kepentingannya. Ini bisa jadi wajar dan manusiawi. Namun tentunya tidak semua orang tidak peduli. Sekedar mendengarkan, sekedar menanyakan kabar dengan perhatian tulus, itu bisa sedikit membantu mengurangi beban orang yang menderita. Berbahagialah mereka yang menyediakan diri dalam bentuk apapun, untuk menjadi peduli. Dalam penderitaan, ada si tabah, si tawakhal, si pengeluh, si hakim, si pencerca, si pendengar, si peduli, si penolong.

Dua puluh cara (bisa ditambahkan dengan cara lain) agar tetap kreatif dalam menulis:

Sebagai penulis, tentu teman-teman akrab dengan istilah mengalami kebuntuan ide (getting writer's block). Ini bisa dinyatakan oleh siapapun dari kita. Namun, beberapa penulis terkenal menyarankan bahwa bila kita mengalami kemacetan berkreasi, jalan satu-satunya ya tetaplah menulis. Tulislah apa saja, bahkan jika Anda hanya menulis lima sampai sepuluh kalimat dalam sehari.

Sekali menggoreskan penamu dengan sebuah kata saja, percayalah bahwa itu akan berlanjut dengan goresan kata berikutnya. Demikian, kesimpulan dan pengalaman saya dalam mengatasi kebuntuan menulis, apapun bentuk tulisan yang ingin Anda selesaikan.

Daftar berikut saya tulis dengan instan dan spontan, dalam rangka mengatasi kebuntuan menulis itu sendiri. Ini benar-benar pengalaman menyenangkan, menulis untuk mengatasi kekosongan ide di kepala kita. Silakan melengkapi, menambah, memberi komentar atau berbagi pengalaman Anda berdasarkan daftar yang ada. Setiap orang memiliki keunikan dan preferensi yang berbeda. Tidak ada satupun resep atau tip ideal yang berlaku untuk semua orang.

Dua puluh cara (bisa ditambahkan dengan cara lain) agar tetap kreatif dalam menulis:

1. Selalu bersama teman-teman atau orang-orang yang kreatif dan menyemangatkan
2. Selalu siap dengan catatan atau laptop atau apapun untuk menulis ide yang mendadak datang
3. Ciptakan meja dan ruang kerja yang nyaman
4. Bernyanyilah saat mandi
5. Mencoba menulis bebas
6. Minum kopi atau teh kesukaanmu
7. Menulis tanpa mengenal mood
8. Mendengarkan musik favoritmu
9. Jangan takut menulis buruk
10. Cukup waktu untuk beristirahat
11. Jangan selalu menyesali dirimu, selalu merasa paling bodoh dlsb.
12. Berkolaborasi dengan teman setujuan
13. Sekali-sekali mengunjungi tempat baru yang membuat banyak kesan untuk bisa jadi ide tulisan
14. Berpikirlah seakan-akan hanya hari ini kesempatanmu menulis
15. Membayangkan dirimu bakal jadi milyader kalau bisa menulis setiap hari
16. Menulislah seakan dirimu sedang jatuh cinta
17. Menulislah seakan engkau bicara dengan seorang teman
18. Selalu mendengar, melihat, mengamati dan merasakan sekitarmu
19. Membaca apapun yang menarik perhatianmu setiap hari, setiap saat
20. Memotret dalam pikiranmu apa saja yang bisa kautangkap di manapun kau berada atau ke manapun kau bepergian

Gado-gado pengalaman dan pendapat tentang menulis

Mengapa saya bukan (baca: belajar untuk menjadi) penulis yang hebat dan produktif?

Apakah kemampuan menulis itu bakat? Bakat atau bukan, untuk bisa menulis dengan baik, seseorang sebaiknya tidak pernah berhenti melakukan kegiatan yang satu ini. Saya pernah mendengar sendiri dari seorang penulis profesional dengan jam terbang tinggi. Suatu saat ia mengaku kesulitan menulis karena tugas barunya membuat teman saya itu tidak sempat menulis sesering sebelumnya. “Rasanya berat untuk mulai menulis sesuatu,” keluhnya.

Saya mulai menyadari bahwa menulis itu kemampuan yang perlu diasah setiap hari ketika saya terpilih mewakili lomba karya tulis antar kelas di SMP. Bukan masalah menang tidaknya, namun bagaimana peristiwa itu menjadi langkah awal kegiatan menulis saya.

Sejak itu saya rajin membaca buku dan latihan menulis, khususnya sajak untuk koleksi pribadi. Kadang di acara tertentu, saya diminta membacakan sajak saya sendiri . Lucu juga kalau teringat hal itu. Saya bukanlah seorang pembelajar disiplin atau tekun. Jujur khan? Mungkin itu sebabnya saya bukan seorang penulis yang baik dan produktif. Inilah saatnya mengejar ketinggalan, menulis agar bisa menjadi penulis karya-karya bermutu yang dibaca orang.


Pekerjaan itu saya dapatkan karena lulus ujian menulis

Saya mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan di masa lalu berkat kemampuan saya menulis. Entah bagaimana caranya, setiap saya direkrut sebagai staff baru di sebuah kantor, tidak sengaja saya mengetahui bahwa saya mengalahkan banyak pelamar pekerjaan dengan nilai tertinggi untuk ujian tulis saya. Beberapa kali, ujian itu adalah tentang mengarang esai dalam waktu terbatas. Saya pernah menjalani ujian mengarang berbahasa Indonesia, tapi seringnya berbahasa Inggris. Ada yang mengarang bebas, ada yang dengan tema yang sudah ditentukan oleh kantor yang bersangkutan. Saya beruntung mendapatkan nilai tertinggi.

Saya pernah nyaris jadi wartawan setelah lulus ujian mengarang artikel tentang promosi iklan sebuah produk. Direktur HR dikantor majalah itu bilang, "besok Anda langsung ngantor ya. Selamat bergabung dengan majalah kami." Mungkin saat itu "panggilan jiwa kepenulisan" saya kurang kuat. Alih-alih merasa senang bisa diterima jadi reporter, saya malah memutuskan hal lain. Jujur saja, saya curiga akan dimanfaatkan oleh kantor majalah itu karena mengalami betapa mudah dan praktisnya proses perekrutan itu. Entahlah.


Apa hubungan menulis dengan pekerjaan saya dulu?

Pekerjaan resmi saya sebelumnya di beberapa kantor berbeda menuntut saya bisa menulis. Itu hanyalah sebagian dari tugas saya. Mulai dari menulis surat, pengumuman internal kantor, menulis siaran pers untuk media masa, majalah dinding, produk komunikasi kantor (newsletter) sampai pada pekerjaan terkait menulis: menyunting (laporan tahunan kantor, buku-buku informasi, brosur, bahan presentasi, kertas kerja dlsb). Memang semua itu bukan tulisan yang diterbitkan dan tersedia di toko buku. Sekedar informasi, saat saya sudah tidak harus ke kantor lagi akhir tahun ini, cerpen saya akan diterbitkan sebagai salah satu esai top-15 finalis lomba menulis “Bye Bye Office” di MIC Publishing.

Penulis seperti apa yang saya impikan?

Saya menulis di blog pribadi juga, tetapi hal ini tidak saya rawat dengan konsisten. Maka blog itu saya tutup. Mengapa? Saya masih melakukan eksplorasi diri, tulisan apakah yang bisa menarik minat seseorang apabila membaca blog saya. Saya belum bisa fokus pada bidang tulisan tertentu. Bagaimanapun menurut saya, sebuah blog pribadi perlu memiliki ciri khas tulisan atau fokus pada bidang tertentu.

Seperti halnya bidang lain, menulis itu memiliki banyak aspek yang bisa kita pelajari. Bidang subyek, genre, media, target (segmentasi), dlsb. Maka saya mempelajari dan membaca berbagai hal yang menurut saya menarik untuk didalami. Dari penulisan jurnalistik yang terkait dengan pekerjaan saya, sampai pada penulisan cerita anak dan tulisan berbahasa Inggris.

Rencananya saya akan menulis semua jenis bidang tulisan yang bisa saya lakukan. Saya sedang dalam proses pelaksanaan rencana ini. Saya membaca banyak, membuat beberapa outline dan masih belum puas dan karenanya banyak melakukan perubahan outline dan fokus pemikiran ke setiap bidang yang ingin saya tulis.

Jujur saya akui bahwa hal terberat dari semua proses ini adalah: mulai menulis setiap hari. Maka saya selalu membaca banyak hal setiap hari, berbincang dengan banyak orang setiap hari, bahkan apabila perbincangan itu hanya sekilas, tapi bisa meninggalkan kesan mendalam dalam proses pemikiran saya. Itu semua adalah inspirasi menulis. Lucunya, mereka yang saya ajak bicara terkadang mengatakan bahwa saya telah memberi mereka secercah inspirasi. Ini merupakan efek timbal balik yang sungguh mengagumkan buat seseorang yang ingin bisa menulis sesuatu dalam hari itu.

Dimensi yang luas dalam bidang menulis

Wilayah cakupan ketrampilan menulis dan spesifikasinya sangat luas. Masing-masing punya sasaran yang sama atau berbeda. Namun sebagian besar strategi penulisan menyarankan hal yang sama: menulis untuk siapa? Menulis untuk apa?

Menulis untuk berkomunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, maka perlu diketahui gaya dan ragam bahasa yang kita pakai dalam penulisan tertentu. Menulis buku cerita anak, sebaiknya menggunakan bahasa alami anak-anak sesuai dengan usianya. Ini juga terkait dengan tingkat perkembangan jiwa dan pikiran anak pada umur tertentu.

Menulis untuk kaum professional, sebaiknya memakai bahasa yang baku dan kadang teknis. Begitupun menulis untuk kalangan remaja, lain lagi ceritanya. Menulis secara tidak langsung menjadi sarana komunikasi dua arah -- penulis dengan pembacanya.

Beberapa tips menulis

Sampai sejauh ini, saya memahami ada benang merah dari semua saran menulis dengan baik. Berikut ini ringkasannya:

 Menulis dengan ringkas. Ternyata menulis ringkas, padat dan sekaligus menarik itu perlu banyak latihan. Anda bisa membuktikan sendiri saat melakukannya. Semakin sering Anda menulis, semakin terampil Anda menggunakan kata atau kalimat yang relevan saja. Tidak ada kata-kata yang tersaji tanpa arti. Satu kata akan menambah makna tulisan Anda. Ini bukan sekedar menambah jumlah halaman. Hal ini bisa dilatih saat Anda melakukan proses penyuntingan. Saya ingatkan, menulis sebaiknya tidak dilakukan sambil mengedit. Itu dua tahap yang sebaiknya dilakukan terpisah.

 Usahakan tulisan Anda terbagi dalam beberapa paragraf pendek. Idealnya, satu paragraf itu mengungkapkan satu ide pikiran. Sebelum memutuskan untuk membaca keseluruhan sebuah tulisan, pembaca cenderung memindai (scanning) hal-hal yang sekiranya menarik minat mereka. Pecah-pecahlah panjang dan struktur kalimat Anda sedemikian rupa agar tidak membosankan pembaca. Kalimat-kalimat yang runtut dan tidak berbelit-belit akan memberi kenyamanan pembaca tulisan Anda.

 Menulis dengan jelas. Ini juga bisa berarti menulis dengan spesifik, tidak mengawang atau melebar tanpa relevansi dengan topik yag dibicarakan. Pembaca akan kesal setengah mati saat terjebak dengan bacaan yang tidak jelas isinya. Penulis perlu memosisikan dirinya sebagai pembaca yang tidak selalu punya banyak waktu. Sebuah novel yang tebal, kalau isinya sarat dengan hal yang mengikat minat pembaca, akan membuahkan hasrat pembaca untuk mencari atau menunggu karya lain dari penulis yang bersangkutan. Sebaliknya, sebuah tulisan sependek satu halaman, entah itu di majalah atau di sumber bacaan lain, akan menuai cercaan apabila tidak menyiratkan isi yang jelas bagi pembacanya.

 Bahasa yang komunikatif itu penting. Menulislah dengan gaya santai, seakan penulis sedang berbicara dengan Anda. Ini berlaku untuk banyak ragam tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Perkecualian bisa dipahami apabila Anda menulis buku pelajaran atau bahan studi (textbook). Hindarilah istilah yang hanya diketahui oleh kalangan tertentu (jargon).

 Menulis dengan pesan yang kuat. Ini bisa dilakukan bila Anda mengembangkan tulisan anda berdasarkan ide pokok yang jelas.

 Prinsip “Tunjukkan pembaca Anda tentang sesuatu, bukan menceritakannya. (Show, don’t tell). Dalam tulisan non-fiksi, ini bisa dilakukan dengan menulis hal-hal secara spesifik, tidak mengambang atau abstrak. Itu sebabnya kalimat pendek, tapi menyajikan fakta lebih disarankan daripada kalimat panjang berbelit dengan pokok ide yang kabur. Dalam tulisan fiksi, ini dilakukan dengan memberi deskripsi tentang suatu keadaan atau karakter. Coba bandingkan kedua kalimat ini: "Anak kecil itu pakainnya robek dan bolong di beberapa tempat. Wajahnya mengingatkan aku pada kakek berumur 80 tahun, bibir kering, kulit keriput, rambutnya tipis dan pudar warnanya." -- Dengan kalimat ini: "Anak kecil itu nampak tua dan miskin." Kalimat mana yang membuat Anda bisa memiliki gambaran jelas tentang anak kecil itu? Tentu kalimat yang "memberi gambaran" lebih menarik daripada kalimat yang "mengungkapkan kesimpulan".

 Menulis dengan jujur. Jadilah dirimu sendiri. Ini akan tercermin dari cara Anda mengungkapkan pokok pikiran yang Anda yakini kebenarannya. Kejujuran yang terungkap dalam kesederhanaan menulis akan menjadi kualitas tulisan itu sendiri. Maka Anda akan terhindar dari keinginan menulis berbunga-bunga dan mengada-ada. Kata-kata yg tidak perlu dan tidak menambah arti atau kejelasan, sebaiknya tidak perlu ditulis.

 Dalam menulis kita perlu bersemangat, namun juga penuh pengendalian diri. Ini sebuah paradoks. Bersemangat menyampaikan apa yang Anda inginkan agar diketahui pembaca. Saya teringat salah satu nilai tambah yang membuat saya mendapatkan pekerjaan saya yang konon, menjadi impian banyak orang saat itu. Menurut tim panel perekrutan, tulisan saya dinilai merefleksikan sifat antusiasme yang tinggi. Itu saya ketahui dari ocehan teman-teman baru saya di kantor lama itu. Mengendalikan diri untuk menulis semua hal yang mungkin tidak berhubungan dengan pokok pikiran. Ini paradoks dari menulis dengan semangat tak terkendali.

 Membaca dan membaca. Anda harus berbelanja dulu sebelum bisa menjual barang bagus. Ini ungkapan pribadi untuk memberi gambaran bahwa agar bisa menulis bagus, kita perlu membaca buku-buku bermutu sebagai perluasan wawasan dan kemampuan apresiasi kita tentang bagaimana tuisan yang bagus itu. Menulislah setelah banyak membaca bahan bacaan yang bagus. Tulisan yang bagus memerlukan banyak latihan. Menulislah setiap hari, bahkan apabila Anda pikir hanya bisa menyelesaikan sekitar sepuluh kalimat. Semakin sering dan konsisten Anda menulis (dan membaca), tulisan Anda akan menjadi semakin baik. Semakin baik tulisan Anda, semakin banyak orang ingin membaca dan mengenal Anda. Ini masih menjadi impian saya.

Sebagai penutup tulisan ini, baiklah saya nyatakan bahwa “nampaknya” bagi saya penulis dan tulisannya tidak pernah mati. Saya berpikir begitu karena hari ini saya mendengar kabar meninggalnya seorang teman penulis, yang selama kurun waktu yang lama dalam hidupnya ia dedikasikan untuk menulis. Bahkan saat ia sudah digerogoti oleh kanker yang membunuhnya pelan tapi pasti sejak sekita lima tahun silam, sampai seminggu sebelum ia meninggalkan dunia ini, tulisannya masih segar bisa dibaca oleh para teman dan sahabatnya. Ia meninggalkan tulisan yang menghidupkan semangat bagi siapapun yang perlu inspirasi untuk terus menulis. Ini pendapat pribadi saya. Tulisannya yang menyiratkan semangat juang tinggi dia tuangkan dalam blog pribadi: http:// http://ayomari.blogspot.com.

Demikian teman sekalian, selamat menulis dan semoga sukses.