Wednesday, March 14, 2012

Gado-gado pengalaman dan pendapat tentang menulis

Mengapa saya bukan (baca: belajar untuk menjadi) penulis yang hebat dan produktif?

Apakah kemampuan menulis itu bakat? Bakat atau bukan, untuk bisa menulis dengan baik, seseorang sebaiknya tidak pernah berhenti melakukan kegiatan yang satu ini. Saya pernah mendengar sendiri dari seorang penulis profesional dengan jam terbang tinggi. Suatu saat ia mengaku kesulitan menulis karena tugas barunya membuat teman saya itu tidak sempat menulis sesering sebelumnya. “Rasanya berat untuk mulai menulis sesuatu,” keluhnya.

Saya mulai menyadari bahwa menulis itu kemampuan yang perlu diasah setiap hari ketika saya terpilih mewakili lomba karya tulis antar kelas di SMP. Bukan masalah menang tidaknya, namun bagaimana peristiwa itu menjadi langkah awal kegiatan menulis saya.

Sejak itu saya rajin membaca buku dan latihan menulis, khususnya sajak untuk koleksi pribadi. Kadang di acara tertentu, saya diminta membacakan sajak saya sendiri . Lucu juga kalau teringat hal itu. Saya bukanlah seorang pembelajar disiplin atau tekun. Jujur khan? Mungkin itu sebabnya saya bukan seorang penulis yang baik dan produktif. Inilah saatnya mengejar ketinggalan, menulis agar bisa menjadi penulis karya-karya bermutu yang dibaca orang.


Pekerjaan itu saya dapatkan karena lulus ujian menulis

Saya mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan di masa lalu berkat kemampuan saya menulis. Entah bagaimana caranya, setiap saya direkrut sebagai staff baru di sebuah kantor, tidak sengaja saya mengetahui bahwa saya mengalahkan banyak pelamar pekerjaan dengan nilai tertinggi untuk ujian tulis saya. Beberapa kali, ujian itu adalah tentang mengarang esai dalam waktu terbatas. Saya pernah menjalani ujian mengarang berbahasa Indonesia, tapi seringnya berbahasa Inggris. Ada yang mengarang bebas, ada yang dengan tema yang sudah ditentukan oleh kantor yang bersangkutan. Saya beruntung mendapatkan nilai tertinggi.

Saya pernah nyaris jadi wartawan setelah lulus ujian mengarang artikel tentang promosi iklan sebuah produk. Direktur HR dikantor majalah itu bilang, "besok Anda langsung ngantor ya. Selamat bergabung dengan majalah kami." Mungkin saat itu "panggilan jiwa kepenulisan" saya kurang kuat. Alih-alih merasa senang bisa diterima jadi reporter, saya malah memutuskan hal lain. Jujur saja, saya curiga akan dimanfaatkan oleh kantor majalah itu karena mengalami betapa mudah dan praktisnya proses perekrutan itu. Entahlah.


Apa hubungan menulis dengan pekerjaan saya dulu?

Pekerjaan resmi saya sebelumnya di beberapa kantor berbeda menuntut saya bisa menulis. Itu hanyalah sebagian dari tugas saya. Mulai dari menulis surat, pengumuman internal kantor, menulis siaran pers untuk media masa, majalah dinding, produk komunikasi kantor (newsletter) sampai pada pekerjaan terkait menulis: menyunting (laporan tahunan kantor, buku-buku informasi, brosur, bahan presentasi, kertas kerja dlsb). Memang semua itu bukan tulisan yang diterbitkan dan tersedia di toko buku. Sekedar informasi, saat saya sudah tidak harus ke kantor lagi akhir tahun ini, cerpen saya akan diterbitkan sebagai salah satu esai top-15 finalis lomba menulis “Bye Bye Office” di MIC Publishing.

Penulis seperti apa yang saya impikan?

Saya menulis di blog pribadi juga, tetapi hal ini tidak saya rawat dengan konsisten. Maka blog itu saya tutup. Mengapa? Saya masih melakukan eksplorasi diri, tulisan apakah yang bisa menarik minat seseorang apabila membaca blog saya. Saya belum bisa fokus pada bidang tulisan tertentu. Bagaimanapun menurut saya, sebuah blog pribadi perlu memiliki ciri khas tulisan atau fokus pada bidang tertentu.

Seperti halnya bidang lain, menulis itu memiliki banyak aspek yang bisa kita pelajari. Bidang subyek, genre, media, target (segmentasi), dlsb. Maka saya mempelajari dan membaca berbagai hal yang menurut saya menarik untuk didalami. Dari penulisan jurnalistik yang terkait dengan pekerjaan saya, sampai pada penulisan cerita anak dan tulisan berbahasa Inggris.

Rencananya saya akan menulis semua jenis bidang tulisan yang bisa saya lakukan. Saya sedang dalam proses pelaksanaan rencana ini. Saya membaca banyak, membuat beberapa outline dan masih belum puas dan karenanya banyak melakukan perubahan outline dan fokus pemikiran ke setiap bidang yang ingin saya tulis.

Jujur saya akui bahwa hal terberat dari semua proses ini adalah: mulai menulis setiap hari. Maka saya selalu membaca banyak hal setiap hari, berbincang dengan banyak orang setiap hari, bahkan apabila perbincangan itu hanya sekilas, tapi bisa meninggalkan kesan mendalam dalam proses pemikiran saya. Itu semua adalah inspirasi menulis. Lucunya, mereka yang saya ajak bicara terkadang mengatakan bahwa saya telah memberi mereka secercah inspirasi. Ini merupakan efek timbal balik yang sungguh mengagumkan buat seseorang yang ingin bisa menulis sesuatu dalam hari itu.

Dimensi yang luas dalam bidang menulis

Wilayah cakupan ketrampilan menulis dan spesifikasinya sangat luas. Masing-masing punya sasaran yang sama atau berbeda. Namun sebagian besar strategi penulisan menyarankan hal yang sama: menulis untuk siapa? Menulis untuk apa?

Menulis untuk berkomunikasi, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, maka perlu diketahui gaya dan ragam bahasa yang kita pakai dalam penulisan tertentu. Menulis buku cerita anak, sebaiknya menggunakan bahasa alami anak-anak sesuai dengan usianya. Ini juga terkait dengan tingkat perkembangan jiwa dan pikiran anak pada umur tertentu.

Menulis untuk kaum professional, sebaiknya memakai bahasa yang baku dan kadang teknis. Begitupun menulis untuk kalangan remaja, lain lagi ceritanya. Menulis secara tidak langsung menjadi sarana komunikasi dua arah -- penulis dengan pembacanya.

Beberapa tips menulis

Sampai sejauh ini, saya memahami ada benang merah dari semua saran menulis dengan baik. Berikut ini ringkasannya:

 Menulis dengan ringkas. Ternyata menulis ringkas, padat dan sekaligus menarik itu perlu banyak latihan. Anda bisa membuktikan sendiri saat melakukannya. Semakin sering Anda menulis, semakin terampil Anda menggunakan kata atau kalimat yang relevan saja. Tidak ada kata-kata yang tersaji tanpa arti. Satu kata akan menambah makna tulisan Anda. Ini bukan sekedar menambah jumlah halaman. Hal ini bisa dilatih saat Anda melakukan proses penyuntingan. Saya ingatkan, menulis sebaiknya tidak dilakukan sambil mengedit. Itu dua tahap yang sebaiknya dilakukan terpisah.

 Usahakan tulisan Anda terbagi dalam beberapa paragraf pendek. Idealnya, satu paragraf itu mengungkapkan satu ide pikiran. Sebelum memutuskan untuk membaca keseluruhan sebuah tulisan, pembaca cenderung memindai (scanning) hal-hal yang sekiranya menarik minat mereka. Pecah-pecahlah panjang dan struktur kalimat Anda sedemikian rupa agar tidak membosankan pembaca. Kalimat-kalimat yang runtut dan tidak berbelit-belit akan memberi kenyamanan pembaca tulisan Anda.

 Menulis dengan jelas. Ini juga bisa berarti menulis dengan spesifik, tidak mengawang atau melebar tanpa relevansi dengan topik yag dibicarakan. Pembaca akan kesal setengah mati saat terjebak dengan bacaan yang tidak jelas isinya. Penulis perlu memosisikan dirinya sebagai pembaca yang tidak selalu punya banyak waktu. Sebuah novel yang tebal, kalau isinya sarat dengan hal yang mengikat minat pembaca, akan membuahkan hasrat pembaca untuk mencari atau menunggu karya lain dari penulis yang bersangkutan. Sebaliknya, sebuah tulisan sependek satu halaman, entah itu di majalah atau di sumber bacaan lain, akan menuai cercaan apabila tidak menyiratkan isi yang jelas bagi pembacanya.

 Bahasa yang komunikatif itu penting. Menulislah dengan gaya santai, seakan penulis sedang berbicara dengan Anda. Ini berlaku untuk banyak ragam tulisan, baik fiksi atau non-fiksi. Perkecualian bisa dipahami apabila Anda menulis buku pelajaran atau bahan studi (textbook). Hindarilah istilah yang hanya diketahui oleh kalangan tertentu (jargon).

 Menulis dengan pesan yang kuat. Ini bisa dilakukan bila Anda mengembangkan tulisan anda berdasarkan ide pokok yang jelas.

 Prinsip “Tunjukkan pembaca Anda tentang sesuatu, bukan menceritakannya. (Show, don’t tell). Dalam tulisan non-fiksi, ini bisa dilakukan dengan menulis hal-hal secara spesifik, tidak mengambang atau abstrak. Itu sebabnya kalimat pendek, tapi menyajikan fakta lebih disarankan daripada kalimat panjang berbelit dengan pokok ide yang kabur. Dalam tulisan fiksi, ini dilakukan dengan memberi deskripsi tentang suatu keadaan atau karakter. Coba bandingkan kedua kalimat ini: "Anak kecil itu pakainnya robek dan bolong di beberapa tempat. Wajahnya mengingatkan aku pada kakek berumur 80 tahun, bibir kering, kulit keriput, rambutnya tipis dan pudar warnanya." -- Dengan kalimat ini: "Anak kecil itu nampak tua dan miskin." Kalimat mana yang membuat Anda bisa memiliki gambaran jelas tentang anak kecil itu? Tentu kalimat yang "memberi gambaran" lebih menarik daripada kalimat yang "mengungkapkan kesimpulan".

 Menulis dengan jujur. Jadilah dirimu sendiri. Ini akan tercermin dari cara Anda mengungkapkan pokok pikiran yang Anda yakini kebenarannya. Kejujuran yang terungkap dalam kesederhanaan menulis akan menjadi kualitas tulisan itu sendiri. Maka Anda akan terhindar dari keinginan menulis berbunga-bunga dan mengada-ada. Kata-kata yg tidak perlu dan tidak menambah arti atau kejelasan, sebaiknya tidak perlu ditulis.

 Dalam menulis kita perlu bersemangat, namun juga penuh pengendalian diri. Ini sebuah paradoks. Bersemangat menyampaikan apa yang Anda inginkan agar diketahui pembaca. Saya teringat salah satu nilai tambah yang membuat saya mendapatkan pekerjaan saya yang konon, menjadi impian banyak orang saat itu. Menurut tim panel perekrutan, tulisan saya dinilai merefleksikan sifat antusiasme yang tinggi. Itu saya ketahui dari ocehan teman-teman baru saya di kantor lama itu. Mengendalikan diri untuk menulis semua hal yang mungkin tidak berhubungan dengan pokok pikiran. Ini paradoks dari menulis dengan semangat tak terkendali.

 Membaca dan membaca. Anda harus berbelanja dulu sebelum bisa menjual barang bagus. Ini ungkapan pribadi untuk memberi gambaran bahwa agar bisa menulis bagus, kita perlu membaca buku-buku bermutu sebagai perluasan wawasan dan kemampuan apresiasi kita tentang bagaimana tuisan yang bagus itu. Menulislah setelah banyak membaca bahan bacaan yang bagus. Tulisan yang bagus memerlukan banyak latihan. Menulislah setiap hari, bahkan apabila Anda pikir hanya bisa menyelesaikan sekitar sepuluh kalimat. Semakin sering dan konsisten Anda menulis (dan membaca), tulisan Anda akan menjadi semakin baik. Semakin baik tulisan Anda, semakin banyak orang ingin membaca dan mengenal Anda. Ini masih menjadi impian saya.

Sebagai penutup tulisan ini, baiklah saya nyatakan bahwa “nampaknya” bagi saya penulis dan tulisannya tidak pernah mati. Saya berpikir begitu karena hari ini saya mendengar kabar meninggalnya seorang teman penulis, yang selama kurun waktu yang lama dalam hidupnya ia dedikasikan untuk menulis. Bahkan saat ia sudah digerogoti oleh kanker yang membunuhnya pelan tapi pasti sejak sekita lima tahun silam, sampai seminggu sebelum ia meninggalkan dunia ini, tulisannya masih segar bisa dibaca oleh para teman dan sahabatnya. Ia meninggalkan tulisan yang menghidupkan semangat bagi siapapun yang perlu inspirasi untuk terus menulis. Ini pendapat pribadi saya. Tulisannya yang menyiratkan semangat juang tinggi dia tuangkan dalam blog pribadi: http:// http://ayomari.blogspot.com.

Demikian teman sekalian, selamat menulis dan semoga sukses.

No comments:

Post a Comment